Pages

May 26, 2011

Dakwah Fardiah Pilihan Terbaik


Buku yang Wajar dibaca oleh para daie'



Dakwah fardiyah merupakan jenis dakwah yang pertama kali Rasulullah terapkan dalam dakwahnya. Rasulullah pernah berpidato di bukit Shofa, Rasulullah pernah melakukan dakwah dengan tulisan (bil qolam) melalui pengiriman surat kepada para raja di sekitar Arab, tapi yang pertama Rasulullah praktikkan adalah dakwah dengan pendekatan peribadi, dakwah fardiyah.

Bagi pelakunya, dakwah fardiyah terasa seperti sebuah seni yang indah. Mengatur strategi, mencoba menyentuh hati, berbahagia kala objek dakwah mulai berubah baik, dan cemburu saat objek dakwah melakukan hal yang negatif. Silakan praktikkan sendiri untuk membuktikannya.

Dakwah fardiyah memerlukan strategi dan perhitungan. Memahami sasaran dan target akan membantu berkesannya dakwah fardiyah. Berikut ini cadangan mengenai sasaran dan target dalam dakwah fardiyah.

Sasaran Objek Dakwah

1. Orang yang Terdekat

Karena dakwah fardiah memerlukan interaksi yang sangat berpengaruh, maka sasaran yang paling sesuai untuk dipengaruhi adalah orang terdekat dengan kita. Berbeza dengan dakwah bil qolam (tulisan) atau dakwah di mimbar-mimbar di mana kita mencuba mempengaruhi banyak orang bahkan yang tidak kita kenal sekalipun. Dakwah fardiyah memerlukan fokus yang tinggi dan interaksi yang berpengaruh agar bisa menyentuh hati mad'u (objek dakwah).

Yang menjadi sasaran Rasulullah saw saat Islam diturunkan adalah kalangan terdekatnya, sesuai dengan tuntunan dari Allah swt. "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" (QS 26:214). Istri beliau saw, Khadijah r.ha. adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Syaikh Al-Albani mengatakan: "Lelaki dewasa dan merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dari kalangan budak Zaid bin Haritsah." Abu Bakar r.a. adalah teman Rasulullah sejak kanak-kanak. Zaid bin Haritsah r.a adalah anak angkat Nabi. Ali bin Abi Thalib adalah sepupu beliau. Dan nama-nama sabiqunal awwalun (orang yang pertama masuk Islam) didominasi oleh orang terdekat Rasulullah saw.

Setelah Allah memerintahkan dakwah terang-terangan (QS 15:94-95), yang Rasulullah mulakan  adalah kaumnya sendiri dari suku Quraisy. Rasulullah menjemput dan mengajak mereka dalam sebuah jamuan makan.Perintah dakwah terang-terangan tidak membuat Rasulullah mencuba mencapai sasaran yang jauh-jauh. Tapi baginda mengikut tahapan yang sepatutnya dengan dimulai dari yang terdekat.

2. Yang Mudah

Orang yang lebih mudah dan ada kemahuan didakwahi lebih didahulukan daripada orang yang susah menerima dakwah. Sekalipun orang yang susah orang yang mempunyai kedudukan dan jawatan yang tinggi.

Asbabun Nuzul surah 'Abasa mengisahkan saat pemimpin kaum musyrikin lebih mendapat tempat dalam keutamaan dakwah berbanding dengan seorang Ummi Maktum yang buta dan punya kemauan menerima dakwah. Teguran dari Allah dirakam pada ayat berikut: "Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya." (QS 80: 5-10) Teguran ini harus diperhatikan par du'at agar mengutamakan orang-orang yang mudah didakwahi walau mereka dari golongan bawahan.

Sebuah metafora: ketika mana kita menginginkan buah mangga di pohon, tentu yang kita ambil adalah buah masak ranum yang terdekat. Untuk mengambil buah yang tinggi memerlukan tenaga yang lebih besar. Begitu pula dengan dakwah fardiyah.

3. Pemimpin[simpul massa]

Pemimpin atau Simpul massa(Indonesia) yang mahu menerima dakwah akan mendatangkan banyak manfaat. Karena sebagai pemimpin, tentu saja ia memiliki pengikut. Dan para pengikut itu akan lebih mudah didakwahi manakala orang yang mereka ikuti  telah berjaya dipengaruhi.

Mungkin kisah masuk Islamnya Usaid bin Hudhair, seorang kepala suku di Madinah, seperti peristiwa yang tiba-tiba. Tetapi peristiwa itu menjadi titik tolak yang sangat bererti dalam perkembangan Islam di Madinah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Saat itu Mush'ab bin Umair r.a. yang diutus oleh Rasulullah ke Madinah untuk berdakwah sedang mendakwahi beberapa orang dari suku Abdul Asyhal. Tiba-tiba Usaid bin Hudhair datang dan memprotes dengan kasar terhadap aktiviti Mush'ab r.a. Dengan tenang, Mush'ab meminta Usaid duduk dan memeriksa bahan dakwah yang disampaikan. Apabila Usaid tidak boleh menerima dakwah yang disampaikan, Mush'ab bersedia menghentikan aktiviti dakwahnya. Usaid patuh. Dan Mush'ab pun membacakan beberapa ayat Al-Qur'an sehingga Usaid tertarik dan menerima dakwah yang disampaikan oleh Mush'ab.

Karisma Mush'ab ditambah kekuatan ayat-ayat suci Al-Qur'an berhasil melunakkan hati seorang kepala suku. Keislaman seorang pemimpin ini diikuti dengan keislaman Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah. Dan keislaman mereka ini makin memberi pengaruh pada pengikutnya. “Jika Usaid bin Hudhair, Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah sudah masuk Islam, apalagi yang kalian tunggu? Mari kita menemui Mushab dan menyatakan keislaman kita.” Begitu ucapan penduduk Madinah.


Target Perkembangan Objek Dakwah

1. Islam Qobla Jamaah

Ini yang harus menjadi perhatian para du'at, bahwa kita menyeru umat manusia semata-mata agar mereka meninggalkan thoghut dan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah ta'ala. Jama'ah - di mana zaman sekarang kita tidak mengenal adanya jama'atul muslimin, yang ada adalah jama'atul minal muslimin - adalah cara untuk mendakwahi umat. Target dasar dalam mendakwahi umat manusia adalah agar mereka mengamalkan islam secara sempurna. Urusan apakah mereka mahu bergabung bersama kita dalam barisan atau tidak, itu target pelengkap.

Beberapa kelompok dalam umat ini sering menyebut hadis tentang 73 golongan dengan mendakwa bahawa kelompok merekalah yang akan masuk surga. Hadits itu berbunyi: "Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 millah (agama), sementara umatku berpecah menjadi 73 millah (agama). Semuanya di dalam neraka, kecuali satu millah." Shahabat bertanya, "Millah apa itu?" Beliau menjawab, "Yang aku berada di atasnya dan juga para shahabatku."" (HR At-Tirimizi, Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Al-Hakim) Tidak sedikit umat Islam yang merasa hanya kelompoknya yang berada dalam kebenaran sehingga seruan dakwah mereka adalah dakwah kepada kelompok, bukan dakwah kepada Islam.

Islam qobla jama'ah adalah kaedah yang harus dipegang untuk menghindari watak asho'biyah. Bila seorang da'i adalah aktivis dakwah di sekolah/kampus, maka ia mendakwahi sahabatnya agar mereka mahu menunaikan kewajipan-kewajipan selaku orang yang beriman dan menghindari larangan-Nya. Adalah salah bila fokus seruannya agar teman-temannya masuk jamaahnya  namun ketika sahabatnya meninggalkan solat wajib dia diam saja dan tak peduli.

Begitu juga bila seorang da'i itu aktivis parti politik, jangan pernah puas dengan seorang perempuan yang mahu masuk partinya sedangkan perempuan itu masih membuka auratnya.


2. Memperbaiki dan Meningkatkan Amal Ibadahnya.

Dalam dakwah fardiyah, akan lebih mudah bila kita sudah menjadi contoh/tauladan bagi sasaran dakwah. Jadi, kita sendiri amal ibadahnya harus lebih baik daripada orang yang kita sasarkan.

Beberapa aktivis dakwah kampus yang berada dalam satu kelas berpakat menyusun strategi untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif. Maka mereka bersepakat untuk tidak segan-segan tilawah (membaca Qur'an) dalam kelas. Saat memasuki Ramadhan - dimana saat itu umat muslim diarahkan untuk memperbanyak amal ibadah, teman-teman mereka mulai bertanya-tanya pada aktivis dakwah di kelas itu di mana mereka boleh membeli mushaf Al-Qur'an kecil. Hingga akhirnya teman-teman itu ikut tak segan untuk membaca Al-Qur'an di dalam kelas. Selanjutnya tugas tahsin (memperbaiki bacaan) menanti para aktivis dakwah di kelas itu.

Seorang pekerja rajin melaksanakan sholat dhuha di musolla pejabat. Mula-mula hanya dia dan beberapa orang yang rajin. Kemudian teman-teman dekatnya tertarik dengan aktiviti yang dia lakukan. Beberapa pertanyaan basa-basi terlontar, "kamu solat apa ye?". Dan akhirnya musolla pejabat itu mulai agak padat aktivitinya pada waktu dhuha.

Cerita tentang dakwah fardiyah yang sukses kebanyakan tak jauh dari kisah ketauladanan. Contoh yang baik akan mudah mempengaruhi orang. Seperti pepatah, "faaqidu syai' la yu'thii". Seseorang yang tidak memiliki apa-apa tak bisa memberi.


3. Punya Sensitiviti dengan Isu-isu yang Menimpa Kaum Muslimin

Dalam pertembungan pendapat dan hujah pada zaman ini, banyaknya kepala - apalagi yang berkualiti - sangat diperlukan untuk kemenangan yang berpihak pada umat Islam. Bila seorang da'i sudah punya pengaruh di antara orang sekelilingnya, cuba ajak mereka berdiskusi isu-isu yang sedang hangat. Juga isu Palestin, jangan dilupakan. Karena peperangan yang kita hadapi saat ini - yang nyata - adalah ghazwul fikri (perang pemikiran).

Kita dikepung oleh isu-isu yang memalukan umat Islam yang datang dari pihak luaran yang sengaja memusuhi. Di dalam tubuh umat Islam, kelompok berfahaman liberal, sekuler, pluralisme agama menguatkan serangan pihak luaran. Saat isu karikatur Nabi, orang-orang Liberal malah mendukung penistaan itu dengan pendapat bahwa "siapa yang tidak setuju adanya karikatur Nabi, maka mereka telah mengsucikan bahkan bertuhankan Nabi." Na'udzubillahi min dzalik.

Isu lain adalah soal azan dengan pembesar suara. Kelompok liberal tak henti-henti menyebarkan pendapat memprotes penggunaan pembesar suara di masjid-masjid. Dalam skala yang lebih parah, kelompok liberal mengdakwa bahawa semua agama itu menuju Tuhan yang sama. Mereka juga memperjuangkan kebenaran homoseksual, lesbian, pernikahan beza agama, dan lain-lain. Orang-orang Liberal itu juga mencela muslim yang berpihak pada Palestin.

Apa artinya sholat lima waktu bila masih beranggapan bahawa agama selain Islam itu diterima oleh Allah swt? Apa artinya sholat dhuha bila beranggapan bahwa perbuatan homoseksual itu fitrah dan tak bertentangan dengan agama? Menghalalkan apa yang Allah haramkan adalah kemurtadan.

Karena itu seorang aktivis dakwah dalam dakwah fardiyahnya harus mempengaruhi mad'unya dalam isu-isu sensitif seperti dalam dialog-dialog ringannya, atau pun dalam diskusi yang sengaja diciptakan. Dan upayakan agar mad'unya ikut mempengaruhi orang lain.

4. Bergabung Bersama Kita

Sangat indah bila objek dakwah yang telah baik ibadahnya dan punya keberpihakan pada umat pada akhirnya mau bersama kita menggerakkan roda dakwah Islam. Bersama dia kita berpadu gerak memenangkan dakwah. Dan dia selanjutnya akan ikut ber-dakwah fardiyah pada orang-orang sekelilingnya.

Dakwah ini perlu muharik (penggerak), bukan sekadar ramai orang yang simpati. Dakwah memerlukan orang-orang yang siang dan malamnya berfikir untuk dakwah Islam. Walau ada "qilatur rijal", tapi penambahan penggerak dakwah akan tetap terasa sedikit. Karena pepatah lain berbunyi: "Bila ada seribu pembangun, cukup di belakangnya satu orang penghancur."

Setelah kita perkenalkan Islam, maka boleh lah objek dakwah kita rayu untuk bergabung bersama kita dalam wadah dakwah yang kita punya. Tapi jangan sampai ada kekecewaan yang menjerumuskan kita pada sikap asho'biyah manakala ada penolakan dari objek dakwah.


Begitulah sasaran dan target dalam dakwah fardiyah. Penulis banyak berkongsi pengalaman pribadi dan orang lain dalam menyusun tulisan ini. Dakwah fardiyah sejatinya tidak memerlukan banyak teori. Praktik dan pengalaman lah yang lebih banyak mengajarkan kita.


Dipetik dan disunting dari islamedia

No comments:

Post a Comment